Kamis, 26 April 2012

KONSEP PENDIDIKAN PESMA AN NAJAH


Dalam mendesain pengembangan keilmuan dan pendidikan di Pesma An Najah, dikembangkan dasar-dasar sebagai berikut:
1. Niat dan orientasinya untuk mendekatkan  hubungan antara manusia dengan Allah dan sesama makhluk. Pendekatan kepada Allah disertai dengan tauhid, tiada Tuhan kecuali Allah. Tauhid ini menjadi ruh bagi aktifitas makhluk Muslim. Penerapan metode apa pun diterima asal memperkuat keimanan dan pengabdian kepada Allah.  Keimanan dan ketakwaan yang meningkat secara vertikal tersebut berkonsekwensi secara horizontal sehingga peserta didik menjadi lebih harmonis dengan sesama manusia dan sesama makhluk di dunia ini. Bermanfaat bagi yang lain.
2. Keterpaduan (integrative, tauhid). Ada kesatuan antara iman-ilmu-amal, iman-islam-ihsan, dzikir-fikr (hati dan pikir), dhahir-batin (jiwa-raga), dunia-akhirat, dulu-sekarang-akan datang. Integratif dan interkoneksitas ini merupakan artikulasi dari ketauhidan tersebut.
3. Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan itu benar, disampaikan dengan cara yang benar, dan dengan dasar niat yang benar. Mencari kebenaran dan jalan lurus (ihdina as shirath al-mustaqim), harus terus dilakukan selama manusia masih menghembuskan nafas.
4. Kejujuran (sidq dan amanah). Berbagai metode yang dipakai harus memegang teguh kejujuran (akademik). Kebohongan dan dusta (kidzb) dalam bentuk apapun dilarang. Jika realitas (politik) bertentangan dengan hasil penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka pendidik (peneliti) tetap harus menyampaikan kebenaran tersebut meskipun terasa pahit (qul al-haqqa  walau kana murran), katakan kebenaran meski terasa pahit.
5. Keteladanan pendidik atau kyai. Ada kesatuan antara ilmu dan amal. Kyai atau Pendidik yang mengajar dituntut menjadi contoh tauladan bagi peserta didik atau santrinya. Tidak diperkenankan ada pernyataan “saya hanya mengajar”. Pengajar shalat, ia harus juga melaksanakan shalat. Ada dispensasi (rukhshah) jika pendidik berhalangan secara syar’i semisal ia mengajar tentang haji sementara ia belum memiliki biaya untuk naik haji sehingga belum mampu haji.
6. Berdasar pada nilai. Metode pendidikan pesma berdasarkan pada al-akhlaq al-karimah, budi utama. Semisal, pendidik atau ustadz mengajar praktikum kimia, biologi, fulkanologi, dll harus menjaga hubungan antara laki-laki dan perempuan, tidak berkhulwat atau berdua-duaan (di ruang tertutup atau di hutan belantara) yang mengakibatkan fitnah. Metode pendidikan pesma sarat nilai, tidak bebas nilai semisal proses pembelajaran harus memperhatikan waktu shalat (wajib).
7. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal santri (biqadri uqulihim). Memberikan pelajaran terhadap peserta didik atau santri yang mampu merangsang pemikiran mereka serta memperteguh keimanan dan daya kreatif-terampilnya.  
8. Sesuai dengan kebutuhan peserta didik (student center), bukan untuk memenuhi keinginan pendidik apalagi untuk proyek semata.
9. Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian (ibrah) yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan.   Mengambil pelajaran ini dimulai dengan berfikir positif dan menerima perjalan hidup dengan sedang tidak berlebihan dalam mensikapinya.
10.  Proporsional dalam memberikan janji (reward, wa’d, targhib) yang menggembirakan dan ancaman (punishmant, wa’id, tarhib) untuk mendidik kedisiplinan. Proporsional karena harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik atau santri. Pembiasaan terhadap hal-hal yang terpuji membutuhkan kedisiplinan dan kedisiplinan akan berjalan jika ada hukuman (punishment), sedang yang berprestasi diberikan hadiah (reward) agar selalu mengulang kebaikan dan prestasi itu sekaligus menjadi tradisi dalam hidupnya. Penciptaan tradisi posistif juga bisa dikembangkan dengan permainan yang menggembirakan, menyenangkan, dan jauh dari kekerasan.


Kamis, 19 April 2012

SANTRI TERKENAL KARENA BEDA

Kholif tu'rof, berbedalah maka engkau dikenal. Demikian kata pepatah yang mengajarkan tentang perbedaan dan keterkenalan atau populer. Jika ia berbeda dengan yang lain, atau lain dari pada yang yang lain maka ia akan dikenal. Perbedaan mempermudah pengenalan. Tiada didunia ini suatu hal yang sama, karena agar mudah dikenali. Perbedaan bukan dijadikan alasan untuk meremehkan atau merendahkan dan menghina tetapi untuk mengenal lebih jauh.

Siapa pun orang yang ingin dikenal atau terkenal dan populer maka ia harus memiliki hal yang beda dengan yang lain. Jika perbedaan itu menunjukkan sisi positif maka ia dikenal baik, dan jika ia berbeda karena hal-hal negatif maka ia akan dikenal jelek. Potensi yang baik kembangkan sehingga melebihi dari potensi yang dimiliki oleh orang lain meski hanya selisih 0,0000000001. Itu perbedaan yang amat kecil, tetapi tetap menunjukkan perbedaan. Seleksi yang dilakukan untuk memilih satu yang terbaik maka selisih yang sedikit itu sudah cukup untuk membuatnya terpilih.

Kalian, para santri ingin dikenal atau terkenal ? buatlah diri kalian berbeda dengan yang lain semisal, ini hanya contoh lho!: Amirudin dikenal karena ia memiliki suara yang lebih bagus saat membaca al-Qur'an dan dia adalah santri pertama putra sekaligus lurah awal pesantren mahasiswa An Najah. Eka Safitri dikenal karena ia santri pertama putri Pesma An Najah, ia yang ikrar pertama kali untuk jadi santri saat pesantren ini baru disiapkan. Eka dikenal karena semangatnya yang kuat. Windiastuti dikenal karena ia adalah lurah putri pertama di Pesma An Najah dan ia sangat telaten membantu kerja ibu pengasuh. Haris dikenal karena ia yang kerja keras memperbaiki genteng bocor, air mampet, ngantar gus Faqih, dan semua pekerjaan yang butuh keterampilan tangan termasuk menjadi supir pengasuh. Rowin dikenal karena menjadi asisten asatidz untuk mengisi kajian kitab saat mereka berhalangan. Ia adalah "penerbang" yang berarti pandai menabuh terbang, thang, thang, dung, dung dan bersholawat di samping saat ini menjadi lurah Pesma An Najah. Dimas, ia dikenal karena pandai menulis puisi, peserta pertemuan sastrawan melayu se ASEAN di Padang, sekaligus bos pengelola Buletin Bener FKUB Banyumas. Taufik dikenal karena tulisan kaligrafinya bagus sebagus orangnya. Ngguyuo Fik, ben tambah gantheng ! dan masih banyak lagi santri-santri yang punya "sesuatu yang beda" yang lain, seperti pandai bahasa Inggris, pidato bahasa Arabnya. Ada juga yang dikenal karena sregeb mbantu ibu pengasuh nyeterika, nyapu, atau mbantu pesantren untuk bersih-bersih, angkat-angkat, dan lainnya.

Siapa yang ingin ingin menyusul jadi santri terkenal? Selain prestasi yang dicontohkan di depan, masih banyak yang bisa kalian lakukan semisal; membantu pesantren tanpa disuruh, contohnya input data, ngetik, nyuci mobil pengasuh, nyetrika, tepat mebayar syahriyah, nata sandal, dan lainnya. Hindarkan diri dikenal karena hal-hal negatif seperti dikenal karena banyak tidur, banyak makan, malas, banyak bicara, suka mengganggu temannya, dan lainnya. Berbuatlah dengan sungguh-sungguh untuk menjadi yang terbaik, nanti kalian akan meraihnya meskipun presatasi kalian di atas hanya beberapa poin saja selisihnya.

Bismillah, mulailah dari sekarang. Berusaha keras di atas yang lain. berdo'a khusyu' ikhlas di lebih dari yang lain. Fastabuqul khairot ! Prestasi dan kesuksesan akan menjemput kalian.

Rabu, 18 April 2012

Bisakah Santri Mahasiswa Seperti Gus Dur

Kajian Rabu (11/4/2012) pagi dengan kitab Adabul Alim wal Muta'allim begitu menarik, saat itu sedang mengkaji tentang etika alim yang harus selalu meng-up date ilmunya dan membiasakan menulis karya tulis ilmiah, baik fiksi meupun non fiksi. Banyak fungsi dari menulis karya yang diterbitkan di antaranya untuk memperkokoh hafalan, mencerdaskan emosi (hati), mempertajam akal rasio, memperbaiki argumen, memperoleh pristese atau nama yang baik [karena dikenal sebagai penulis produktif], dan memiliki nama yang terabadikan atau dikenang, selalu di kenang karena karya tulisnya. Penulis karya ilmiah baik berupa buku, artikel dalam koran dan jurnal akan memperoleh nama baik, homor dan royallti, sekaligus amal jariyah sampai hari kiamat.

Saya jelaskan, bahwa amat sedikit kyai yang mengapresiasi dunia yulis menulis sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadlrotus Syaikh, KH. Hasyim Asy'ari ini. Mbah Hasyim selain aktifis organisasi, pengasuh pesantren, juga penulis produktif. Ada 19 kitab karyanya, dalam kumpulan Irsyad al-Sary. Semua kitab tersebut berbahasa Arab. Tradisi menulis karya yang diterbitkan dalam bentuk kitab atau buku tersebut jarang dilakukan oleh ulama berikutnya.

Dalam tradisi keulamaan Indonesia yang paling popular menulis adalah Syeh Nawawi al-Bantany dan KH. Bisri Mutofa dari rembang, ayahanda Gus Mus. Pada era berikutnya kyai produktif yang mudah dikenal umat adalah Gus Dur dan Gus Mus yang memiliki tradisi pesantren kuat. Sebenarnya banyak juga yang lain dari kalangan pesantren atau alumni pesantren yang rajin menulis di antaranya Nur Cholish Madjid atau cak Nur, Emha Ainun Najib, Amin Abdullah, Komarudin Hidayat, dan lainnya.

Di tengah saya menjelaskan tentang produktifitas menulis, seorang santri bertanya. Bisakah saya, seorang santri-mahasiswa biasa, dalam arti keturunan orang biasa bukan keturunan orang hebat seperti Gus Mus dan Gus Dur bisa menjadi orang yang terkenal dan produktif seperti beliau berdua?

Bisa, jawabku. Kalian semua -para santriku- bisa menjadi orang hebat seperti Gus Dur dan Gus Mus. Gus Dur, misalnya memang -kata Prof Mukti Ali saat saya belajar kepadanya- adalah anak keturunan macan. Mbahnya dari pihak bapaknya adalah KH. Hasyim Asy'ari, dan mbah dari pihak ibunya adalah KH. Bisri Syamsuri. keduanya ulama besar. ia memang keturunan macan. Tetapi orang besar bukan hanya Gus Dur dan Gus Mus yang memiliki nasab terkenal, di luar itu ada ribuan ulama dan cendekiawan mumpuni yang lahir dari keluarga biasa bahkan tidak terkenal.

Islam mengajarkan, derjat dan kedudukan seseorang ditentukan oleh kualitas iman, ilmu, dan amalnya. Bukan karena nasab dan keturunannya. Ada keturunan para Nabi yang menjadi orang biasa dan ada keturunan orang biasa yang menjadi Nabi. Ada keturunan ulama besar yang menjadi orang biasa, dan ada keturunan orang biasa yang menjadi ulama besar. Anak presiden ada yang menjadi rakyat biasa, dan ada anakn rakyat biasa yang menjadi presiden.

Apa rahasianya, wahai anak-anakku? Rahasianya adalah terletak pada kualitas. Apa sebabnya orang berkualitas? Karena ia berusaha dengan terus menerus belajar dan belajar. mencari ilmu, berguru, beramal, mencari ilmu, pengalaman, dan melakukan uji coba penelitian, dan seterusnya. Kegigihan dan kesabaran akan membawa hasil. man Jadda wajada, siapa giat pasti berhasil.

Pagi itu, saya begitu senang. Pertanyaan tadi membuka harapan yang lebih kuat, bahwa pesantren mahasiswa An Najah yang saya nobatkan menjadi pesantren kepenulisan mendapatkan tambahan kekuatan dengan fatwa Hadlrotus Syaikh, bahwa ilmua harus menyibukkan diri menulis karya. Semoga, para santri tergugah untuk kreatif menulis. Amin.

Senin, 09 April 2012

PENGASUH PESMA AN NAJAH PURWOKERTO

DR. H. Muhammad Roqib, M.Ag. lahir Pagendingan desa Kanugrahan Maduran Lamongan Jawa Timur. Ia menimba ilmu di beberapa pesantren seperti pesantren Hidayatul Ummah (Lamongan), Langitan (Tuban), Tebuireng dan Denanyar (Jombang), Lirboyo (Kediri), dan Krapyak (Yogyakarta). Ia belajar di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum dan Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Ummah di Lamongan. Di saat naik kelas 2 MTs ini, ayahnya wafat (1983). Tahun 1985-1988 belajar di MAN Denanyar Jombang kemudian meneruskan kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Arab fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1988. Pada saat masuk tahun ke 2 (1989), ibunya wafat. Tahun 1996 ia melanjutkan studi di Program Pascasarjana (S-2) jurusan Pendidikan Islam dan tahun 1998 meneruskan studi program doktor (S-3) pada UIN Sunan Kalijaga dengan disertasi tentang “Filsafat dan Budaya Profetik dalam Pendidikan”. Pada Januari-Pebruari 2008 ia berkesempatan untuk mengikuti workshop di negara Maroko.

Selain studi ia juga belajar bermasyarakat dengan ikut berorganisasi seperti di intra kampus juga di PMII, KODAMA, dan Ansor. Setelah rampung S-1 di Yogyakarta ia aktif di MUI, LeSPiM (Lembaga Kajian Studi dan Pengembangan Santri dan Masyarakat, dan PW-LDNU propinsi DIY pada tahun 1997-2002 sebagai ketua. Setelah hijrah total ke Purwokerto (2002) ia aktif di BAZ (Badan Amil Zakat) Banyumas, MUI Banyumas, ketua ISNU (Ikatan Sarjana NU) Banyumas, Wakil Ketua PCNU (2007-2012), dan Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Banyumas.

Mulai tahun 1994 ia mondar mandir Yogyakarta – Purwokerto, menjadi dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga cabang Purwokerto, tahun 2000-2002 menjadi sektretaris P3M (Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) dan Ketua Unit/Pusat Studi Gender, dan tahun 2002 – 2010 sebagai Pembantu Ketua I bidang Akademik di STAIN Purwokerto, tahun 2010 – 2012 sebagai Kepala Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Direktur Program Pascasarjana STAIN Purwkerto, 2012-2014.

Ia menulis beberapa buku; Pendidikan Pembebasan (2000), Pendidikan Perempuan (2003, 2007), Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (2005), Harmoni dalam Budaya Jawa: Dimensi Edukasi dan Keadilan Gender (2007), Kepribadian Guru (2009), Ilmu Pendidikan Islam (2009), dan Prophetic Education (2011). Selain menulis sendiri ia juga menjadi kontributor buku cerpen Rabingah Cintailah Aku (2007), Menelusuri Amaliayah Wong NU (2007) dan The Spirit of Love: Rahasia Bagaimana Cinta Membuat Hidup Lebih Produktif (2008), dan lain-lain. Artikelnya berjudul Mahar dan Bahasa Cinta dalam Cerpen Evi Idawati (majalah Fadilah: Seni, Sastra dan Budaya Pesantren, edisi VI Nopember 2003) dan cerpen Cinta Sang Pecinta, (dimuat di Koran Rakyat pada 1 Juli 2007), dan artikel ilmiah di beberapa Jurnal.

Ia tinggal di Jl. Moh. Besar RT. 06/III No. 10 Kutasari telpon 0281-6572472, 7647819, 08122776318. No rekening Syariah Mandiri an. Moh Roqib (Pengasuh) 1777018382. Alamat e-mail roqib_stain@yahoo.co.id., alamat blog, http://roqibstain.blogspot.com/ dan http://mohroqib.blogspot.com/.

PESANTREN KHUSUS MAHASISWA PURWOKERTO

PESANTREN KHUSUS MAHASISWA PURWOKERTO ?
Apa maning kiye ? Apa tidak cukup dengan pesantren yang sudah ada? Pertanyaan itu mungkin ada di benak pembaca. Beginilah kira-kira nalar dan dasar pemikirannya.

Pesantren sudah banyak di Purwokerto, Banyumas, dan sekitarnya. Tetapi yang secara khusus menyediakan diri untuk mendampingi khusus mahasiswa yang ingin mengkaji keislaman dan kemanusiaan sampai dengan saat Pesma An Najah didirikan belum kami temukan. Ada pesantren yang juga menerima santri mahasiswa berbarengan dengan santri yang sekolah di SMP/MTs, SMA/MA, atau lainnya. Konsekwensinya, pesantren ini menuntut kerja yang lebih keras karena variasi santri yang amat ragam. Suguhan materi kajian yang disodorkan juga demikian variatif atau strategi yang mungkin dikombinasi karena dalam satu kelas ada yang masih usia anak-anak juga ada yang sudah remaja atau mahasiswa.

Berdasar pada keinginan untuk melakukan pelayanan terhadap kebutuhan santri yang lebih fokus, Pesma An Najah ini digagas dan didirikan. Dengan fokus pada santri mahasiswa kita dapat mendesain kurikulum, strategi pembelajaran, jadwal kajian, kalender akademik, media pembelajaran, dan evaluasi yang validitas dan reabelitasnya lebih tinggi.

Pesantren Mahasiswa An Najah ini juga berkeinginan untuk membentuk santri yang memiliki keterampilan menulis karya ilmiah baik fiksi maupun non fiksi di samping kepemimpinan dan tradisi kesantrian lainnya. Pesma An Najah juga ingin mencetak kader pemimpin yang cinta kerukunan dan kedamaian. Rukun dengan sesama agama dan sesama manusia bahkan sesama makhluk Tuhan yang Maha Kuasa.

Berbekal pengalaman selama sebelas tahun mengelola pesantren mahasiswa di Krapyak Yogyakarta, saya memulai merintis dan memodivikasi berbagai sisi positif yang ada. Pengalaman dan pengetahuan ini saya curahkan disertai oleh istri dan dewan asatidz untuk menawarkan nuansa baru pesantren khusus mahasiswa.

Meski sudah digodok dengan tambahan bumbu dan penyedap, saya yakin pesma ini masih membutuhkan berbagai dukungan dari berbagai pihak. Melalui web. www.pesmaannajah.org, dan blog yang dimiliki kami menggugah semua untuk terus mencari yang terbaik. Sebab, kebaikan itu dinamis, jika ia statis maka kebaikannya akan dipertanyakan.

Jika penasaran, silahkan bergabung dengan hati tulus. Tanpa ketulusan hanya akan membuat beban hidup menjadi lebih berat. Selamat berproses !