PESANTREN MAHASISWA AN NAJAH PURWOKERTO
Kamis, 26 April 2012
KONSEP PENDIDIKAN PESMA AN NAJAH
Kamis, 19 April 2012
SANTRI TERKENAL KARENA BEDA
Siapa pun orang yang ingin dikenal atau terkenal dan populer maka ia harus memiliki hal yang beda dengan yang lain. Jika perbedaan itu menunjukkan sisi positif maka ia dikenal baik, dan jika ia berbeda karena hal-hal negatif maka ia akan dikenal jelek. Potensi yang baik kembangkan sehingga melebihi dari potensi yang dimiliki oleh orang lain meski hanya selisih 0,0000000001. Itu perbedaan yang amat kecil, tetapi tetap menunjukkan perbedaan. Seleksi yang dilakukan untuk memilih satu yang terbaik maka selisih yang sedikit itu sudah cukup untuk membuatnya terpilih.
Kalian, para santri ingin dikenal atau terkenal ? buatlah diri kalian berbeda dengan yang lain semisal, ini hanya contoh lho!: Amirudin dikenal karena ia memiliki suara yang lebih bagus saat membaca al-Qur'an dan dia adalah santri pertama putra sekaligus lurah awal pesantren mahasiswa An Najah. Eka Safitri dikenal karena ia santri pertama putri Pesma An Najah, ia yang ikrar pertama kali untuk jadi santri saat pesantren ini baru disiapkan. Eka dikenal karena semangatnya yang kuat. Windiastuti dikenal karena ia adalah lurah putri pertama di Pesma An Najah dan ia sangat telaten membantu kerja ibu pengasuh. Haris dikenal karena ia yang kerja keras memperbaiki genteng bocor, air mampet, ngantar gus Faqih, dan semua pekerjaan yang butuh keterampilan tangan termasuk menjadi supir pengasuh. Rowin dikenal karena menjadi asisten asatidz untuk mengisi kajian kitab saat mereka berhalangan. Ia adalah "penerbang" yang berarti pandai menabuh terbang, thang, thang, dung, dung dan bersholawat di samping saat ini menjadi lurah Pesma An Najah. Dimas, ia dikenal karena pandai menulis puisi, peserta pertemuan sastrawan melayu se ASEAN di Padang, sekaligus bos pengelola Buletin Bener FKUB Banyumas. Taufik dikenal karena tulisan kaligrafinya bagus sebagus orangnya. Ngguyuo Fik, ben tambah gantheng ! dan masih banyak lagi santri-santri yang punya "sesuatu yang beda" yang lain, seperti pandai bahasa Inggris, pidato bahasa Arabnya. Ada juga yang dikenal karena sregeb mbantu ibu pengasuh nyeterika, nyapu, atau mbantu pesantren untuk bersih-bersih, angkat-angkat, dan lainnya.
Siapa yang ingin ingin menyusul jadi santri terkenal? Selain prestasi yang dicontohkan di depan, masih banyak yang bisa kalian lakukan semisal; membantu pesantren tanpa disuruh, contohnya input data, ngetik, nyuci mobil pengasuh, nyetrika, tepat mebayar syahriyah, nata sandal, dan lainnya. Hindarkan diri dikenal karena hal-hal negatif seperti dikenal karena banyak tidur, banyak makan, malas, banyak bicara, suka mengganggu temannya, dan lainnya. Berbuatlah dengan sungguh-sungguh untuk menjadi yang terbaik, nanti kalian akan meraihnya meskipun presatasi kalian di atas hanya beberapa poin saja selisihnya.
Bismillah, mulailah dari sekarang. Berusaha keras di atas yang lain. berdo'a khusyu' ikhlas di lebih dari yang lain. Fastabuqul khairot ! Prestasi dan kesuksesan akan menjemput kalian.
Rabu, 18 April 2012
Bisakah Santri Mahasiswa Seperti Gus Dur
Saya jelaskan, bahwa amat sedikit kyai yang mengapresiasi dunia yulis menulis sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadlrotus Syaikh, KH. Hasyim Asy'ari ini. Mbah Hasyim selain aktifis organisasi, pengasuh pesantren, juga penulis produktif. Ada 19 kitab karyanya, dalam kumpulan Irsyad al-Sary. Semua kitab tersebut berbahasa Arab. Tradisi menulis karya yang diterbitkan dalam bentuk kitab atau buku tersebut jarang dilakukan oleh ulama berikutnya.
Dalam tradisi keulamaan Indonesia yang paling popular menulis adalah Syeh Nawawi al-Bantany dan KH. Bisri Mutofa dari rembang, ayahanda Gus Mus. Pada era berikutnya kyai produktif yang mudah dikenal umat adalah Gus Dur dan Gus Mus yang memiliki tradisi pesantren kuat. Sebenarnya banyak juga yang lain dari kalangan pesantren atau alumni pesantren yang rajin menulis di antaranya Nur Cholish Madjid atau cak Nur, Emha Ainun Najib, Amin Abdullah, Komarudin Hidayat, dan lainnya.
Di tengah saya menjelaskan tentang produktifitas menulis, seorang santri bertanya. Bisakah saya, seorang santri-mahasiswa biasa, dalam arti keturunan orang biasa bukan keturunan orang hebat seperti Gus Mus dan Gus Dur bisa menjadi orang yang terkenal dan produktif seperti beliau berdua?
Bisa, jawabku. Kalian semua -para santriku- bisa menjadi orang hebat seperti Gus Dur dan Gus Mus. Gus Dur, misalnya memang -kata Prof Mukti Ali saat saya belajar kepadanya- adalah anak keturunan macan. Mbahnya dari pihak bapaknya adalah KH. Hasyim Asy'ari, dan mbah dari pihak ibunya adalah KH. Bisri Syamsuri. keduanya ulama besar. ia memang keturunan macan. Tetapi orang besar bukan hanya Gus Dur dan Gus Mus yang memiliki nasab terkenal, di luar itu ada ribuan ulama dan cendekiawan mumpuni yang lahir dari keluarga biasa bahkan tidak terkenal.
Islam mengajarkan, derjat dan kedudukan seseorang ditentukan oleh kualitas iman, ilmu, dan amalnya. Bukan karena nasab dan keturunannya. Ada keturunan para Nabi yang menjadi orang biasa dan ada keturunan orang biasa yang menjadi Nabi. Ada keturunan ulama besar yang menjadi orang biasa, dan ada keturunan orang biasa yang menjadi ulama besar. Anak presiden ada yang menjadi rakyat biasa, dan ada anakn rakyat biasa yang menjadi presiden.
Apa rahasianya, wahai anak-anakku? Rahasianya adalah terletak pada kualitas. Apa sebabnya orang berkualitas? Karena ia berusaha dengan terus menerus belajar dan belajar. mencari ilmu, berguru, beramal, mencari ilmu, pengalaman, dan melakukan uji coba penelitian, dan seterusnya. Kegigihan dan kesabaran akan membawa hasil. man Jadda wajada, siapa giat pasti berhasil.
Pagi itu, saya begitu senang. Pertanyaan tadi membuka harapan yang lebih kuat, bahwa pesantren mahasiswa An Najah yang saya nobatkan menjadi pesantren kepenulisan mendapatkan tambahan kekuatan dengan fatwa Hadlrotus Syaikh, bahwa ilmua harus menyibukkan diri menulis karya. Semoga, para santri tergugah untuk kreatif menulis. Amin.
Senin, 09 April 2012
PENGASUH PESMA AN NAJAH PURWOKERTO
DR. H. Muhammad Roqib, M.Ag. lahir Pagendingan desa Kanugrahan Maduran Lamongan Jawa Timur. Ia menimba ilmu di beberapa pesantren seperti pesantren Hidayatul Ummah (Lamongan), Langitan (Tuban), Tebuireng dan Denanyar (Jombang), Lirboyo (Kediri), dan Krapyak (Yogyakarta). Ia belajar di Madrasah Ibtidaiyah Bahrul Ulum dan Madrasah Tsanawiyah Hidayatul Ummah di Lamongan. Di saat naik kelas 2 MTs ini, ayahnya wafat (1983). Tahun 1985-1988 belajar di MAN Denanyar Jombang kemudian meneruskan kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Arab fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 1988. Pada saat masuk tahun ke 2 (1989), ibunya wafat. Tahun 1996 ia melanjutkan studi di Program Pascasarjana (S-2) jurusan Pendidikan Islam dan tahun 1998 meneruskan studi program doktor (S-3) pada UIN Sunan Kalijaga dengan disertasi tentang “Filsafat dan Budaya Profetik dalam Pendidikan”. Pada Januari-Pebruari 2008 ia berkesempatan untuk mengikuti workshop di negara Maroko.
Selain studi ia juga belajar bermasyarakat dengan ikut berorganisasi seperti di intra kampus juga di PMII, KODAMA, dan Ansor. Setelah rampung S-1 di Yogyakarta ia aktif di MUI, LeSPiM (Lembaga Kajian Studi dan Pengembangan Santri dan Masyarakat, dan PW-LDNU propinsi DIY pada tahun 1997-2002 sebagai ketua. Setelah hijrah total ke Purwokerto (2002) ia aktif di BAZ (Badan Amil Zakat) Banyumas, MUI Banyumas, ketua ISNU (Ikatan Sarjana NU) Banyumas, Wakil Ketua PCNU (2007-2012), dan Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Banyumas.
Mulai tahun 1994 ia mondar mandir Yogyakarta – Purwokerto, menjadi dosen di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga cabang Purwokerto, tahun 2000-2002 menjadi sektretaris P3M (Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) dan Ketua Unit/Pusat Studi Gender, dan tahun 2002 – 2010 sebagai Pembantu Ketua I bidang Akademik di STAIN Purwokerto, tahun 2010 – 2012 sebagai Kepala Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Direktur Program Pascasarjana STAIN Purwkerto, 2012-2014.
Ia menulis beberapa buku; Pendidikan Pembebasan (2000), Pendidikan Perempuan (2003, 2007), Menggugat Fungsi Edukasi Masjid (2005), Harmoni dalam Budaya Jawa: Dimensi Edukasi dan Keadilan Gender (2007), Kepribadian Guru (2009), Ilmu Pendidikan Islam (2009), dan Prophetic Education (2011). Selain menulis sendiri ia juga menjadi kontributor buku cerpen Rabingah Cintailah Aku (2007), Menelusuri Amaliayah Wong NU (2007) dan The Spirit of Love: Rahasia Bagaimana Cinta Membuat Hidup Lebih Produktif (2008), dan lain-lain. Artikelnya berjudul Mahar dan Bahasa Cinta dalam Cerpen Evi Idawati (majalah Fadilah: Seni, Sastra dan Budaya Pesantren, edisi VI Nopember 2003) dan cerpen Cinta Sang Pecinta, (dimuat di Koran Rakyat pada 1 Juli 2007), dan artikel ilmiah di beberapa Jurnal.
Ia tinggal di Jl. Moh. Besar RT. 06/III No. 10 Kutasari telpon 0281-6572472, 7647819, 08122776318. No rekening Syariah Mandiri an. Moh Roqib (Pengasuh) 1777018382. Alamat e-mail roqib_stain@yahoo.co.id., alamat blog, http://roqibstain.blogspot.com/ dan http://mohroqib.blogspot.com/.
PESANTREN KHUSUS MAHASISWA PURWOKERTO
Apa maning kiye ? Apa tidak cukup dengan pesantren yang sudah ada? Pertanyaan itu mungkin ada di benak pembaca. Beginilah kira-kira nalar dan dasar pemikirannya.
Pesantren sudah banyak di Purwokerto, Banyumas, dan sekitarnya. Tetapi yang secara khusus menyediakan diri untuk mendampingi khusus mahasiswa yang ingin mengkaji keislaman dan kemanusiaan sampai dengan saat Pesma An Najah didirikan belum kami temukan. Ada pesantren yang juga menerima santri mahasiswa berbarengan dengan santri yang sekolah di SMP/MTs, SMA/MA, atau lainnya. Konsekwensinya, pesantren ini menuntut kerja yang lebih keras karena variasi santri yang amat ragam. Suguhan materi kajian yang disodorkan juga demikian variatif atau strategi yang mungkin dikombinasi karena dalam satu kelas ada yang masih usia anak-anak juga ada yang sudah remaja atau mahasiswa.
Berdasar pada keinginan untuk melakukan pelayanan terhadap kebutuhan santri yang lebih fokus, Pesma An Najah ini digagas dan didirikan. Dengan fokus pada santri mahasiswa kita dapat mendesain kurikulum, strategi pembelajaran, jadwal kajian, kalender akademik, media pembelajaran, dan evaluasi yang validitas dan reabelitasnya lebih tinggi.
Pesantren Mahasiswa An Najah ini juga berkeinginan untuk membentuk santri yang memiliki keterampilan menulis karya ilmiah baik fiksi maupun non fiksi di samping kepemimpinan dan tradisi kesantrian lainnya. Pesma An Najah juga ingin mencetak kader pemimpin yang cinta kerukunan dan kedamaian. Rukun dengan sesama agama dan sesama manusia bahkan sesama makhluk Tuhan yang Maha Kuasa.
Berbekal pengalaman selama sebelas tahun mengelola pesantren mahasiswa di Krapyak Yogyakarta, saya memulai merintis dan memodivikasi berbagai sisi positif yang ada. Pengalaman dan pengetahuan ini saya curahkan disertai oleh istri dan dewan asatidz untuk menawarkan nuansa baru pesantren khusus mahasiswa.
Meski sudah digodok dengan tambahan bumbu dan penyedap, saya yakin pesma ini masih membutuhkan berbagai dukungan dari berbagai pihak. Melalui web. www.pesmaannajah.org, dan blog yang dimiliki kami menggugah semua untuk terus mencari yang terbaik. Sebab, kebaikan itu dinamis, jika ia statis maka kebaikannya akan dipertanyakan.
Jika penasaran, silahkan bergabung dengan hati tulus. Tanpa ketulusan hanya akan membuat beban hidup menjadi lebih berat. Selamat berproses !